Aurel Amalia
Aurel Amalia › Cerpen

on Friday 18 September 2015

Rain Part 13

Part 13 (Truth Or Dare?)
FansPage : Khayalan
.
.
Sampai sekarang pun Rain masih belum mengerti mengapa Ferry lebih memilih sepeda padahal dia punya mobil atau motor yang seharusnya lebih mudah. Bermakna. Biarkanlah Ferry dan Tuhan saja yang tau.
.
.
"Heiii.. iya iya.. hemm. Aku di kacangin. Aku dikacangin. Aku dikacangin. Air mana airr hemmm serettt ..makan kacang mulu serettt" Herdin bernyanyi nyanyi aneh dengan lirik dikacangin dan nadanya asal.
"Hahaha iya tuhh.. aerr minum gih" Rain tertawa sambil menunjuk saluran air yang masih mengalirkan sedikit air hujan tadi.
"Jahat wehh" Herdin memanyunkan bibirnya. Lucu . Kek ikan lohan.
"Haha mukanya .. kek pantat panci" ejek Rain.
"Kamu kek sendal jepit" ejek Herdin balik..
"Haha kamvrett.. kamu tuh kek tape "
"Ember bolong"
"Gayung jebol"
"Kaleng soak"
"Kebo belek"
"Aerr comberan"
"Depkolektor"
"Bayar gih hutang "
"Haha..kamvett"
Ya begitulah mereka...
.
.
.
Panas surya yang mencubit kulit menembus jendela kaca yang sedikit berembun. Wajah Rain kini sekerjap berbalik menutupnya dengan selimut tebal.
Kriiingggg.. beker berdering seolah berkata 'woii..cewe tu harusnya bangun dari tadi. Bangunn wooiiii' kurang lebih begitu-lah.
Tangannya merayap mematikan suara jahat yang membuatnya harus bangun untuk pergi kuliah.
"Astaqfirullah.." matanya membelalak melihat jarum panjang berada pada angka 8.
"Waaaa... " dia berteriak membuang selimutnya melonpat keluar dengan menarik handuk. *weehh kek flash
Butuh waktu 30 menit untuk prepare . Kini ia tinggal mengoleskan sedikit lipgloss agar bibirnya tidak pecah. Ngampus ala Rain.
"Hallo?taksi. Depan rumah sekarang. UI. Sip" telfonnya dengan singkat padat dan kurang jelas. Kini ia merapikan rambutnya yang terurai. Melangkah menuju depan dan mengunci pintu. Dan teeeett. Bunyi klakson taksi siap sedia mengantarnya. Siluet mobil taksi semakin samar dan hilang dari pandangan Herdin yang sedari tadi mengawasi Rain sambil tersenyum.
"Dasar telatan. Pasti nanti di marahin ketua" gumannya seiringan dengan lajuan mobilnya.
.
.
Tok tok tok.
Kreeeekkk... di dorongnya pintu ruang panitia dengan nafas dinginnya karena berlari dari depan .
"Permis-i" wajahnya muncul saat rapat tengah berlangsung. Rain kini sungguh takut.
"Maaf telat, tadi-"belum selesai bicara. Hanifah si ketua panitia memotong dengan nada kasar "Udah tau kalo telat. Masih disitu? Cepet duduk." Bentaknya pada Rain.
"Iya" lirihnya yang tidak terdengar . Rain bingung apa yang harus dilakukannya. Dia hanya diam melihat penjelasan Hanifah yang sama sekali nggak nyantol di otaknya. Yang kini Rain pikirkan adalah Baso kuah , es teh dan mendoan.
"Heii, ngerti nggak?" Bentak Hanifah pada Rain yang terlihat kosong.
"Ehh.. iya iya. Ngga-, eh ngerti kok" Rain gelagapan . Dia malu sekali melihat wajah wajah gosip di sekelilingnya.
"Nih.. lo kan panitia konsumsi, " Hanifah menyodorkan kertas atau dokumen apa itulah pada Rain.
"Kons-?, iya iya" berusaha menutupi mucengnya kini.
"Rapat selesai, akan ada evaluasi besok pagi tetang tugas setiap panitia" tutup Hanifah yang membuat Rain ingin segera keluar .
.
.
.
"Apaan sih ni? " ia membolak balik kertas hvs tertulisan planning job. Desah bermunculan setiap detiknya. Sampai akhirnya tergenti setelah baso , es teh dan mendoannya sampai.
Rain menyodorkan sesendok potongan bakso, dan masuk kemulut Herdin. Nah lohh??
"Haii" sapa Herdin dengan mulut penuh baso.
"Apaan sih ., pesen aja sendiri Din." Nada Rain tampak kesal. Sudah pusing. Laper. Di marahin. Di jailin pula.
"Iya iya, " berusaha menelan kunyahannya "mbok satu" teriaknya menunjuk mangkok baso Rain.
"Kenapa si ?" Matanya memandan mandangi kertas kertas yang berserakan. Rain masih tidak menjawab dan berusaha mungkin dirinya. supaya tidak tersedak.
" telat" jawab Rain datar.
" udah tau , aku nanya kenapa bisa telat?" Membolak balik kertas tugas Rain.
" kesiangan " jawab Rain sambil meminum es teh nya. " aku capek , jangan nanya mulu aku pusing" Rain mencoal coel mendoannya terlihat frustasi.
"Oke oke" sampai akhirnya Herdin mendapatkan baso-nya.
Rain yang basonya udah abis dari tadi cuma bengong.
"Nih" menyodorkan baso miliknya ke hadapan Rain. "Aku tau kamu masih laper, nih biar nggak cemberut gitu" menyuapkan potongan baso ke mulut Rain.
Rain yang memang masih laper itu langsung hap. Ya Tuhan, lapernya nggak nguatin.
.
.
.
Mereka tertawa , sebisa mungkin Rain memang harus tertawa biar nggwk stress.
"Gimana nih" tanya Rain yang terlihat binggung.
"Lo mau pesen catering? Mahal tau. Liat aja ni (menunjukan anggaran yang tertulis di kertas) dikit doang" jawab dan Herdin (sok sok) lagi mikir.
"Masa mau buat ? Itu buat 1000 orang . Ciusan aja dong"
"Lo cuma sendiri?"
"tuh disitu panitia konsumsi ada aku, Danika, Shela, Maya, sama Daffa"
"Pas tuh 7 orang"
"7 orang?, kek nya cuma 6 deh?"
"Aku nggak dihitung nihh???" Herdin menjitak pelan kepala Rain.
"Mau bantuin? "
"Apa si yang ngga buat kamu" merangkul punggung Rain sambil tersenyum.
"Hueehh. Idihh" Rain yang pura puranya muntah.
"Nggak mau nih?" Herdin melepas peluknya lalu pura pura pergi.
"Eh ehh... jangan. Mau"
Herdin berbalik dan tersenyum menang.
.
.
"Makanan beratnya apa?" Tanya Danika.
"Nasi goreng" Sahut Maya
"Gila aja nasi goreng, gimana kalo steak?" Usul Daffa.
"Dana vrohhh..dana. nggak kenyang. Nggak nggak.." sahut Shela dengan nada rada tinggi.
" apaan dong?" Tanya Rain yang tampak bingung.
"Nasi ikan bakar?" Sahut Herdin yang baru saja datang.
"Ikannya gimana? Uang-nya limit" Danika ikut nimbrung.
"Aku dong" Maya langsung nyahut " om gue di Bogor ternak ikan komsumsi bisa juga masak di sana ,siapa tau dapet diskon . Ye nggak?"
"Boleh tu. Nanti yang ngebungkus gimana ? 1000 kotak kan nggak sedikit" Daffa yang binggung mengacak acak rambutnya.
"Di sana kan juga ada yang bantuin Fa" kata Maya dengan seriusnya.
"Oke deh, nasi , ikan, lalap dan lainnya di tempat om kamu ya" Rain memutuskan.
"Sip"
"Catering nggak langsung dong. Hahaha kita kan ikut ngebantuin" Shela yang tiba tiba nyahut.
"Iya dong. Biar dapet diskon" kata Maya sambil alisnya naik turun.
.
"Trus makanan ringannya?" Tanya herdin.
"Dari aku lah. Mama ku kan bisnis gitu gituan" sekarang Daffa.
"Trus isinya apaan?" Tanya Rain sambil mengunnyah cookies dari tadi.
"Terserah deh ,5 macem" jawab Danika.
"Ehh pokonya harus ada puding delimanya" sahut Rain yang antusias.
"Iyaa iyaaa...miss delima" jawab serentak semua seperti koor.
Rain tersenyum dan memberikan jempolnya.
.
.
.
Next day,
"Capek vroh nangkep ikan" keluh Daffa sambil menyahut begitu saja es kelapa muda milik Danika.
"Capek apaan? Orang dari tadi cuma dapet 10 ikan doang. " sahut Danika dan langsumg merebut es kelapa mudanya.
"Ahh..elahh Dan"
.
.
.
.
Appointed day.
.
Rain menggunakan jeans hitam, sneakers violet. Kaos putih panjang yang tertutup blazer abu abu. Rambutnya diikat dengan menyisakan poni di pinggir.
Tanggannya merangkul papan dan tumpukan kertas kertas pentingnya. Mondar mandir memastikan bahwa bagian konsumsi yang di tanganinya benar benar beres dengan mencentang kolom kolomnya.
"Huhh " desahnya sambil duduk asal di luar aula teater mengusap keringat di keningnya.
"Nih" sebotol air mineral yang ada manis manisnya *ehh* tersodor di hadapannya.
"Subhanallah.. (mengusap mukanya dengan tangan,seperti selesai berdoa)makasih Din" dalam hitungan detik sudah habis 3/4 airnya.
"Busheeett,haus pa doyan?" Herdin cekikikan sendiri melihat Rain Sebegitu hausnya.
"Hauss.. Din, " duduk merosot mencoba meliukkan punggungnya.
"Main yuk Ra"
"Gila aja" Rain menyengir heran.
"Iya.. kamu kan udah tau kalo aku gila, ToD? (Truth or Dare?)" Tanya Herdin langsung memulai permainannya.
"Hmm.. truth aja deh" sekarang duduknya sejajar dengan Herdin.
"Aku suka sama kamu. Kamu suka sama aku?" Deg.
"Apa?" Rain melongo.
"Nggak usah cengo gitu deh, Kamu suka nggak sama aku?" Herdin mengulanginya tapi kali ini lebih pelan.
"Hmm.. belum" jawab Rain tak kalah pelan.
"Kenapa belum? "
"Aku nggak tau Din, kayaknya baru kemaren Ferry ngobrol ketawa sama aku. Boncengin aku pake sepedanya. Dan kayaknya baru tadi aku tahu kalo Ferry udah tersenyum di sana. Tersenyum padaku . Dan kau.." kini air mata Rain bergerumul di ambang kelopaknya memaksa keluar dengan derasnya tidak bisa menahan isakan sakit karena masih harus menerima kenyataan bahwa kenangannya begitu kuat walau dalam waktu yang singkat.
Herdin merasa bersalah telah menanyakan hal yang bodoh (?) menurutnya. Ia merangkul Rain mendekapkan kepala Rain di bahunya. Di bahu yang selalu setia disaat saat seperti ini.
"Maaf.." desis Herdin yang hampir tak terdengar.
"Kau datang di saat yang tepat. Aku tak tahu bagaimana kau mengenal Ferry . Kau datang setelah Deva pergi memberitahuku bahwa Ferry sebenarnya masih menungguku, akan bertemu denganku,membuatku bahagia seperti dulu. Tapi apa? " Rain tambah terisak dan tangisannya semakin keras.
"Ferry pergi tanpa memenuhi janjinya, Ferry pergi dengan menitipkanmu padaku. Aku bukan pengasuh Din.. Aku Rain . Rain yang mencintai Ferry." Rain sekarang menjauh dari posisinya . Agak bergeser ke samping . Menatap samar Herdin sambil tersenyum parau.
"Kau mencintaiku? Aku belum bisa menjawabnya. Aku tak bisa memutuskan bahwa aku juga mencintaimu. Kenapa? Aku belum bisa melupakan Ferry. Dan seandainya aku benar benar mencintaimu.. itu malah akan membuatku seperti penjahat. Ya Penjahat . Menemukan orang seperti Ferry mungkin banyak termasuk kau. Tapi merasakan rasa yang sama saat bersama Ferry itu susah" Rain pergi meninggalkan Herdin yang terduduk di tempat yang sama tanpa suara.
.
.
"Heiii guyss" sapa Wilda sebagai host.
"Hemm.. gimana pertunjukannya tadi?? Mau denger lagi nggak?" Sahut Brian teman host Wilda.
Mauuuu.. jawab semua audience.
"Oke nih ada salah satu panitia mau nyanyi nih. Cantik lagi. Tapi lagunya sedih.. cekidot aja dehh... ini dia Rain, So Far Away" teriak Brian.
Lagu tanpa intro itu membuat Rain di depan yang masih dengan wajah aneh seperti habis nangis mulai bersuara.
*Author ngetikknya + arti biar kalian tahu apa maksud lagu dan maksud hati Rain(ini lagunya Avenged Sevenfold)*
Never feared for anything
Tak pernah takut pada apapun
Never shamed but never free
Tak pernah malu namun tak pernah bebas
A life that healed a broken heart
Hidup yang menyembuhkan hati yang patah
With all that it could
Dengan segala yang bisa dilakukannya
Lived a life so endlessly
Menjalani hidup yang abadi
Saw beyond what others see
Melihat yang tak dilihat orang lain
I tried to heal your broken heart
Kuberusaha sembuhkan hatimu yang patah
With all that I could
Dengan segenap kemampuanku
Will you stay?
Akankah kau tinggal?
Will you stay away forever?
Akankah kau tinggal selamanya?
How do I live without the ones I love?
Bagaimana aku harus hidup tanpa orang-orang yang kucintai?
Time still turns the pages of the book it's burned
Waktu masih membalik halaman buku yang tlah dibakarnya
Place in time always on my mind
Kenangan lalu selalu kupikirkan
I have so much to say but you’re so far away
Banyak yang ingin kukatakan namun kau begitu jauh
Plans of what our futures hold
Rencana-rencana masa depan kita
Foolish lies of growing old
Keinginan semu saat menua
It seems we’re so invincible
Seolah kita tak terkalahkan
But the truth is so cold
Namun kebenaran begitu menyakitkan
A final song, a last request
Lagu terakhir, permintaan terakhir
A perfect chapter laid to rest
Bab sempurna untuk berhenti
Now and then I try to find
Berkali-kali berusaha kucari
A place in my mind
Sebuah tempat di pikiranku
Where you can stay
Dimana kau bisa tinggal
You can stay awake forever
Kau bisa terus terjaga selamanya
Back to Chorus
Sleep tight, I'm not afraid
Tidurlah yang nyenyak, aku tak takut
The ones that we love are here with me
Orang-orang yang kita cinta ada di sini bersamaku
Lay away a place for me
Siapkan tempat untukku
'Cause as soon as I'm done I'll be on my way
Karna begitu aku mati, aku akan segera menuju
To live eternally
Ke kehidupan abadi
How do I live without the ones I love?
Bagaimana aku harus hidup tanpa orang-orang yang kucintai?
Time still turns the pages of the book it's burned
Waktu masih membalik halaman buku yang tlah dibakarnya
Place in time always on my mind
Kenangan lalu selalu kupikirkan
And the light you left remains but it's so hard to stay
Dan cahaya yang kau tinggalkan tetap menyala namun sulit rasanya untuk tinggal
When I have so much to say and you're so far away
Saat banyak yang ingin kukatakan dan kau begitu jauh
I love you, you were ready
Aku menyayangimu, kau telah siap
The pain is strong and urges rise
Sakit ini kuat dan menyesakkan
But I'll see you when it let's me
Namun aku kan melihatmu saat waktu mengijinkanku
Your pain is gone, your hands untied
Lukamu kan hilang, tanganmu tak lagi terikat
(2x)
So far away
Begitu jauh
And I need you to know
Dan aku ingin kau tahu
Dan saat lagu itu terhenti Rain menatap sosok Herdin berdiri di depan tersenyum.
"Truth or Dare?" Tiba tiba Rain berkata seperti itu pada Herdin.
Herdin langsung menjawab "Dare" dengan pelan.
"Dare? . Katakan bahwa kau mencintaiku"
Herdin langsung terheran heran mendengar tantangan itu. Ia menelan ludahnya menghembuskan nafasnya panjang sampai ia benar benar berkata
"Rain Audrey Hermawan, aku Herdyan Alvaro mencintaimu setulus tulusnya"
"Aku mencintaimu" Rain mengucap itu di depan semua audience .
Semua bersorak sorak , siulan terdengar jelas .
Suiit..suiitt..
Cieeee...cieee.
Mana pj. Mana pj.
.
.
==END==
Part 14 Next Post