Aurel Amalia
Aurel Amalia › Cerpen

on Friday 18 September 2015

Rain Part 14

Part 14 ( GPS )

FansPage :  Khayalan

Dan saat lagu itu terhenti Rain menatap sosok Herdin berdiri di depan tersenyum.
"Truth or Dare?" Tiba tiba Rain berkata seperti itu pada Herdin.
Herdin langsung menjawab "Dare" dengan pelan.
"Dare? . Katakan bahwa kau mencintaiku"
Herdin langsung terheran heran mendengar tantangan itu. Ia menelan ludahnya menghembuskan nafasnya panjang sampai ia benar benar berkata
"Rain Audrey Hermawan, aku Herdyan Alvaro mencintaimu setulus tulusnya"
"Aku mencintaimu" Rain mengucap itu di depan semua audience .
Semua bersorak sorak , siulan terdengar jelas .
Suiit..suiitt..
Cieeee...cieee.
Mana pj. Mana pj.
.
.
.
Rain pulang. Sendiri ? Tentu saja tidak. Dan saat membuka pintu..
"Welcome Rain"
Mama Rain, Papa Rain,Rendy, Aji, Gritte, Hamid dan Eta. Aji tersenyum membawa kue tart .
"Happy birtday Ra" Eta langsung menghampiri merangkul Rain erat.
"Thanks Ta" Rain masih dengan wajah bingungnya.
"Selamat ulang tahun ya Sayang" mama dan papa bergantian memeluk Rain.
"Iya..ma,pa. Kapan pulang?" Melepas rangkulannya. Dan menatap kearah Herdin yang diam di belakang tanpa melakukan apapun.
"Tadi Sore, " mama Rain langsunga melirik Herdin dengan tatapan heran . "Siapa sayang?"
"Oh.. Herdyan. Panggil aja Herdin. Pacar Rain" Rain dengan tersenyum mengembang menatap Herdin.
"Ohh.. sini sini" panggil papa Rain pada herdin.
"Iya om"
"Kemana Ferry?" Tanya Aji , Gritte dan Eta bersamaan.
"Ehhmm.. Ferry sudah bahagia" jawab Rain yang mulai tenang.
"Sama siapa? Kurang ajar banget dia!" Aji langsung memberi wajah marah.
"Tenang aja Ji, Tuhan pasti jagain Ferry kok" Rain menepuk pundak Aji dan ikut menyusul mamanya ke dapur.
Aji , Itte, dan Eta saling tatap tanpa bicara sama sekali. Hamid? Dia ikut ke ruang tengah bersama Herdin dan papa Rain.
..
Next day.

" Herdin kok nggak ngucapin sih, bukannya dia tau kemaren kalo aku ulang tahun." Rain berkali kali mendengus kesal. Kakinya bergesekan oleh rumput gazebo rumahnya.
Siang ini cukup panas teriknya namun tak mampu menembus sweeter tipis Rain. Berkali kali pula melihat gadged-nya untuk memastikan bahwa Herdin benar benar lupa .
Ya Herdin benar benar lupa. Rain masuk ke rumah, lelah menunggu berbagai kejutan dalam fikirannya yang nihil.
20 menit kemudian.
"Permisi"
Suara orang mengetuk pintu dan memanggil manggil Rain.
"Itu pasti Herdin deh" pikiran Rain seketika dan bergegas membuka pintu, berlari kecil hingga sampai di depan pintu. Ia menghembus nafas panjang dan mulai menaril ujung bibirnya keatas.
"Iya sebentar"
Kreeekk...
"Siang Ra" sapa Aji dengan tersenyum.
"Si-siang Ji" senyum itu perlahan memudar mendapati yang ditemuinya bukanlah seorang yang dari tadi ia tunggu. "Mau apa Ji, duduk dalem pa luar?"
"Luar aja, biar Itte nanti tau kalo aku udah sampe"
"Hemm.. iya iya, pacaran mulu. Kesini aja pake janjian segala." Goda Rain .
"Iya dong, nih" Aji menyodorkan surat undangan yang dibalut cover agak tebal berwarna violet. Berbentuk sepasang angsa yang lehernya membentuk "love". Bertuliskan "A & G"
"Whaaaattttt????Aji Kamvret" Rain berteriak aneh setelah melihat isi undangan pernikahan Aji dan Gritte.
"Kenapa? Lo mau married juga??" Jawab Aji santai.
"Gilaaa.. mau married aja Ji. Kuliah gimana?" Tanya Rain basa basi yang aslinya mau bilang. "Anak nanti mau kasih makan apa? Batu akik? Kan belom kerja Ji...ahh elahh"
"Weiitts.. gue uda sarjana bro. Seminggu lalu abis wisuda. Gue udah kerja di perusahaan animasi di Australia. Keren nggak tu?" Aji masih dalam keadaan santai
Rain hanya bisa melongo pandangannya hanya pada Aji sambil bertepuk tangan kek orang idiot. Sumpah itu ekspresi awesome bangeettsss.
"Heiii.. kelamaaan ya?" Tiba tiba Gritte datang.
"Nggak kok sayang" Aji langsung menyuruh Gritte duduk di sampingnya.
Dalam hati Rain ' kamvret banget ni bocah. Sayang sayangan tanpa merasa bersalah udah buat aku keinget Herdin lagi yang lupa sama ulang tahun aku. Ajiiii.. awas aja' tapi di lahirnya Rain tersenyum mengembang terlihat bahagia.
"Jangan cemburu ya Ra.." goda Aji sambil merangkul Itte.
"Kamvret .. " Rain langsung memukul pelan lengan Aji. "Nggak inget apa , yang bantuin pdkt siapa??"
"Wehh.. iya iya lo yang bantuin" Aji lagsung "lupa.., "
Rain belaga sok judes. Gritte yang tak tau apa yang dibicarakan cukup nyengir.
"Udah dikasih tau Aji kan?" Kata Itte.
"Iya.. udah kok. Tenang aja nanti gue dateng kok. Aji baik, happy ya" Rain memeluk sahabat perempuan satu satunya ini. Hal yang tak pernah Rain duga, Kedua sahabat yang konyol ini akan menikah.
"Heeii aku telat ya?" Tiba tiba Herdin dateng dengan membawa kado kecil. Rain dan Gritte melepas pelukannya dan mulai menatap Herdin.
"Ngapain kesini?" Ucapan Rain kesal padahal ingin sekali ia berkata 'kamu dateng??? Ngapsin dateng segala. Bukannya udah lupa?' Ya kurang lebih begitu lah. Tapi lidahnya begitu kaku untuk mengucap hal itu pada Herdin. Jujur saja sebenarnya Rain belum sampai 50% mencintai Herdin. Jantungnya bahkan belum berdetak hebat waktu bersama Herdin , yang masih sangat berbeda dengan Aji dan Ferry dulu.
"Hehe.. gitu aja marah. Nihh" Herdin menyodorkan kotak kecil berukuran kurang lebih 8cm.
Rain menerima kado tersebut dengan wajah datar.
"Yaudah kalo marah, aku ambilin garam dulu deh" Herdin tiba tiba berbalik badan dan berjalan menuju warung. Tak lama kemudian ia kembali dengan membawa sekantong garam dapur.
"Ihh.. buat apaan si Din?" Rain mengernyitkan dahinya.
"Buat kamu biar mau nanya aku buat apa aku beli garam" jawab Herdin santai "mana mama kamu?" Tanya Herdin sambil celingukan.
"Tuh didalem" jawab Aji, karena Rain tak menjawab.
"Oke" Herdin langsung menelpon mama Rain. "Hallo"
"Iya.. hallo. Ini siapa ya?"
"Ini Herdin tante , Rainnya ada?"
"Ada.. "
"Saya boleh kerumah?"
"Ohhh.. boleh dong. Dateng aja"
"Sudah sampai "
"Lho kok cepet?"
"Naik kupu kupu hehe"
"Haha ah kok bisa ?, bentar tante bukain pintu dulu"
"Oke tante"
Rain , Itte dan Aji melongo mendengar percakapan Herdin sama mama Rain.
Tiba tiba pintu kebuka dan itu mama.
"Ehh..nak Herdin, sini masuk. Ehh ada nak Aji sama nak Gritte. Kok nggak di suruh masuk sih?"
"Nggak usah tante, Saya sama Gritte mau ke Flote dulu"
"Ohh.. mau fiting baju ya?" Tanya mama Rain.
"Hehe..iya tante. Permisi"
"Iya hati hati di jalan" kemudian menyuruh Herdin untuk masuk.
.
"Ini tante ada garam , kata Rain tante butuh garam, katanya mau masak daging koala" kata Herdin sambil memberikan garam yang tadi.
"Lhoh.. kok ?" Mama Rain binggung "Daging koala mahal . Emang bisa dimakan? Ngapain nyuruh nak Herdin beli garam?" Mama Rain mencubit pipi Rain.
"Nggak kok, siapa juga yang nyuruh"
Mama Rain cuma menggeleng kepalanya. Dan kembali ke dapur.
.
Sesudah percakapan yang membuat kaku perut. Herdin pulang. Memberi cubitan di pipi Rain dan sudah.
Rain sudah tidak sabar ingin segera membuka kado itu. Dia berlari kekamar berusaha menenangkan dirinya. Membuka kertas perlahan dan kotak beludru merah.
Rain membuka pelan kotak itu dan isinya?.
.
Cincin plastik.
.
Rain sedikit shock dengan isi kado itu, ada kertas yang panjang didalamnya.

--------------------------
To : you
From : me

Hepi besde. Wis yu ol de bes. Wis yu ken bi sukses ones, sholikhah ones, berbudi pekerti ones. Dan human yang can love mi sedikit sedikit.
Maap kadonya telat. Itu hadiah ciki. Kalo kurang jangan minta lagi. Soalnya cuma ada satu dalam 1 kardus.
Di pake ya
--------------------------
Rain tak hentinya tersenyum. Hadiah teristimewa di umurnya tahun ini. Thanks ya Din, aku akan coba untuk mencintaimu setulus tulusya. Semua doamu. Aamiin.
.
Air mata Rain tak hentinya bergelinang haru setelah mendengar ijab qobul yang diucapkan Aji dengan hikmadnya. Momet bahagia ini turut dirasakan orang yang hadir. "Fer.. lihatlah. Eta sudah menikah. Aji sudah menikah. Kau mau melihat aku menikah? " batin Rain yang selalu menghantuinya.
"Jadi keluarga yang sakinah, mawadah, waramah ya Ji. Te " Rain memeluk kedua sahabat tercintanya ini.
"Cepet nyusul ya Ra" kata Itte .
Membalasnya dengan senyum dan menatap sosok Herdin di sampingnya kini.
Mungkin benar orang orang jaman dulu "Mungkin kau tidak akan menikah dengan orang yang kau cintai , namun menikah dengan anugerah Tuhan yang tak pernah kau duga sebelumnya" dan keyakinan itu sekarang ada pada diri Rain, bukan berarti Rain tidak mencintai Herdin. Tapi kau tahu sendirilah maksudnya...
.
Rain POV

Kau tahu? Cinta itu Rumit. Itu menurut versiku. Cinta itu keiklasan. Cinta itu menerima kenyataan.
Kau sudah tau bukan bagaimana kisah cintaku? Cinta yang berawal dari sahabat. Dulu aku mencintai seorang Aji , sahabatku sendiri. Mencintai Ferry, yang sekarang masih begitu. Dan belajar untuk mencintai Herdin. Seseorang yang tiba tiba saja datang, kiriman Ferry dari Tuhan yang tanpa aku sadari kini akan menjadi suami ku. Ku fikir aku adalah istri yang jahat . Kenapa? Kau tahu bukan aku masih mencintai Ferry? Dan aku akan segera menjadi istri seorang Herdin. Ohh Tuhan.. aku mencintai mereka berdua.
.
Flasback on
.
6 semester . Saatnya kelulusan.
Wisuda yang sudah di dambakan oleh setiap kalangan mahasiswa. Begitu pula aku. Dan pemindahan tali toga sudah kujalani 2 tahun yang lalu. Aku sekarang sudah mulai merintis sebuah butik cukup besar di Jakarta. Aku mencintai pekerjaanku. Mendapat job. Mengukur . Membuat desain. Itu semua kujalani dengan senang hati . Begitu juga Herdin, dia bekerja di suatu perusahaan buku di Jakarta. Dia menjadi seorang penulis terkenal. Sudah banyak buku karangannya yang sebagian besar menjadi best seller. Kita berdua mulai mengerti kesibukan masing masing. Bahkan desakan untuk segera menikah dari mama juga sudah mulai berkurang sejak aku mulai bisnis ini. Aku dan Herdin sadar bahwa sudah kurang lebih 3 tahun kita berpacaran. Tidak ada yang biasa dalam masa 3 tahun itu. Aku sungguh bahagia , benar benar bahagia. Ulang tahunku yang lalu dia menerbitkan buku karangannya berjudul FerRai. Walau dia tahu bahwa aku sedang berusaha mencintainya. Dia tidak marah bahkan melarangku untuk melupakan Ferry. Dia dulu bilang "cintailah Ferry. Jangan melupakannya . Namun cintai juga aku . Jangan melupakanku".
.
.
Sekarang 12 Desember . Moment yang takkan pernah kulupa.
Pada siang hari itu hujan melanda Jakarta. Banjir? Pasti. Dan itu membuatku muak. Ingin sekali aku pindah dari sini. Saat aku berada di toko bunga. Untuk membeli bunga mawar ungu. Dan pastilah aku harus menggunakan boot. Payung hitamku melindungi dari rintikan gerimis. Saat aku berada di perempatan menuju butik . Herdin tiba tiba di depanku. Tanpa payung dan boot.
"Heii.. kenapa kau hujan hujan?" Kupayungi Herdin tapi dia menolak.
"Hidupkan GPSmu" katanyaDan pergi. Kuhidupkan GPSku dan Kuikuti dia.
"Herdin tunggu" ..
Kita berlarian di sepanjang jalan bagai orang tak punya kerjaan. Kekanan. Kekiri. Lurus. Dan itu membuatku cukup lelah. Maksudku aku sekarang benar benar lelah.
"Herdiiiinnnn... berhenti" kulepas payungku. Tanganku sudah tak sanggup membawa payung yang aslinya tidak berat. Membuat Rambut dan bajuku basah.
"Satu titik lagiiiii...." teriaknya dari kejauhan. "Disini... Rainn"
"Apa??? Aku nggak denger, hujannya deras"
Kemudian lambaian tangannya membuatku mengerti. Aku akan kesana.
Melewati trotoar yang ahh.. banjir. Dan akhirnya aku sampai disini.
"Apa sih Din?"
"Mana GPSmu?" Ku serahkan ponselku pada Herdin.
Dia mengambil selembar kayu yang mengapung di air untuk menutupi ponselku secara tidak langsung dari petir.
Dihadapkannya ponselku ke arah papan iklan kosong diatas. Entah bagai mana caranya. Itu sungguh keren. Layar GPSku sekarang ada di layar iklan. Dan kau tau?
Rute GPS di ponselku membentuk tulisan "marry me?" Yang terpampang jelas di layar iklan. Aku tak tau harus apa, yang jelas sekarang aku bahagia. Seiringan dengan itu semua orang keluar dengan membawa buket mawar ungu. Dan semua berteriak. "Rain, will you marry he??" Suara itu terdengar sangat jelas . Hujan di luar kalah keras dari suara semua orang di kota ini . Sungguh ini manis sekali. Dan Herdin berlutut di depanku. Membuka kotak beludru hitam. Isinya. Cincin plastik.
Aku tertegun. Tapi sedetik kemudian dia tertawa. Mengambil cincin plastik itu dan membuangnya. Dia mengusap kepalaku dan. Dia seolah olah menemukan cincin yang sesungguhnya di rambutku. Aku tak tau bagaimana dia melakukannya. Dia menyelipkan cincin emas putih di jadi manisku. Dan berkata "will you marry me?"
Oh Tuhaaannn.
"No." Aku tersenyum menjauh. Membuat wajahnya menjadi datar.
"Sure?" Tanyanya sekali lagi.
"No if not with you. Yes i will" aku segera menuntaskan semuanya. Dan memeluknya erat. Aku sekarang mencintaimu. Mencintai kalian berdua. Suara sorak dari semua orang membuatku tambah bahagia. Herdin sungguh manis . Dia laki laki yang aneh, lucu, tampan dan baik. Aku tak melebih lebihkannya, dia memang seperti itu. Coba saja kau di posisi ku. Kau pasti juga akan beranggapan seperti itu. Tapi terserah apa bila kau tak suka. Jadi kita tidak perlu bersaing untuk mendapatkan Herdin.
.
(FlashBack Off)
==END==
Part 15 Next Post