Aurel Amalia
Aurel Amalia › Cerpen

on Friday 18 September 2015

Rain Part 16

Part 16 [ Ring of you ]
FansPage : Khayalan



"Sayang.., aku tidak bisa punya anak?" Tanya Rain pada herdin saat menonton acara di TV.
"Hmm, kita bisa adopsi" jawab Herdin dengan nada pelan.
"Adopsi?" Rain mengernyitkan dahinya.
"I-iya" jawab Herdin tersendat.
"Dimana?" Tanya Rain.
Herdin menggeleng, membuat keantusiasan Rain menjadi Down.
"Kita cari tahu besok. Tidur dulu. Kamu harus istirahat. Jaga kondisi badan kamu" Rain mengangguk, Herdin mencium kening Rain dan Rain beranjak tidur.
.
.
.
Minggu pagi sepasang suami istri itu pergi ke salah satu panti di Jakarta (tentunya). Selama di mobil Rain hanya diam, bahkan ia tak sekalipun melihat Herdin, Herdin merasa ada yang aneh dengan tingkah istrinya itu, ia memelankan mobilnya.
"Sayang, kamu kenapa?" Tanyanya dengan lembut.
Dijawab gelengan pelan Rain yang tak terlihat oleh Herdin karena sibuk menyetir." Kenapa ? Kamu sakit? Apa kita batalin aja ke pantinya. Kita ke dokter ngecek keadaan kamu" tanya Herdin yang kali ini mendapat respon.
"Aku nggak papa sayang, jangan dibatalin.. aku cuma" Rain seketika diam. Dilihatnya kini banyak kerumunan orang di depan. Banyak pengendara yang turun dan berlarian. Herdin saat itu ingin ikut berlari namun dicegah oleh Rain.
"Jangan" ia menggenggam erat erat tangan Herdin.
"Nggak papa sayang" Herdin mengelus rambut halus istrinya itu sembari tersenyum.
"Perasaanku nggak enak, aku takut" Rain tetap menggenggamnya dan malah berhambur di pelukan Herdin.
"Nggak akan terjadi apa apa sayang, percaya deh sama aku" ia mendekap Rain .
Rain tetap menggeleng geleng pelan.
"Aku sakit. Kita batalin dulu ke pantinya . Besok Minggu depan aja" Kebohongan Rain yang tidak bisa mungkin ditolak oleh Herdin.
"Kamu sakit, ke dokter dulu ya"
"Nggak. Aku cuma kurang tidur aja. Minum obat yang biasanya aja. Nanti juga sembuh"
"Nggak boleh sayang"
Rain kini menatap suaminya lekat lekat , memberi tatapan yang tidak bisa diartikan. Herdin kini hanya menurut. Dan pulang.
.
.
"Kamu mau makan apa ?"
"Terserah"
"Yaudah, aku beliin bubur dulu ya"
Rain mengangguk pelan . Dalam hatinya " maaf sayang, udah buat kamu repot. Tapi hari ini aku merasa ada yang ganjil" ia menarik selimutnya dan berusaha membuang jauh jauh firasat buruk itu.
Angin dingin yang keluar masuk lewat jendela membuat siang ini terasa beda. Kau tahu? Jarang sekali merasa udara dingin di jakarta atau bahkan bisa dibilang tidak pernah. Giginya bergemeletuk kedinginan. Belum pernah ia merasa sedingin ini. Bibirnya membiru. Oh.. dia berarti tidak pura pura sakit (?).
Ia berusaha bangun untuk sekedar menutup jendela. Tapi tubuhnya yang lemas itu membuatnya sedikit terkoyong koyong.
Setelah merasa bahwa jendelaitu benar benar tertutup ia ingin sekali ke posisinya tadi. Dan tidak sengaja sikunya menjatuhkan sebuah benda kotak kayu dari meja kerja Herdin.
"Apa ini" Rain mulai mengambil benda kotak itu. Ia duduk di atas kasurnya, mengelap debu yang mengelilingi kotak itu. Tangannya mulai membuka pelan,
Ada kertas didalamnya, dengan sebuah benda kecil yang sungguh cantik.
.
---------------
-----------
Kau suka? Tentu saja. Itu kan milikmu.
Maaf aku lupa mengembalikannya. Jangan kau pikir aku merampokmu, itu kutemukan di bawah pohon mangga.
Ci Vediamo- smile emotikon
--------------------------
.
Rain melihat lihat cincin dari rumput yang sudah menguning dengan bunga yang juga sudah berwarna coklat kering. Pikirnya menerawang kejadian 19 tahun yang lalu saat ia masih berumur
6 tahun.
.
Flashback on.
.
"Hompimpa alaium gambreng, nek ijah pakek baju rombeng," pekik cempreng anak laki laki dengan mengayun ayun tangan kusi-nya. Sampai saat untuk menunjukan posisi tangan mereka.
"Yahh... kalah" kesah bocah laki laki itu lagi.
"Yeee.... Aji jaga" ejek salah satu bocah perempuan berambut hitam sebahu. Bocah yang dipanggil Aji- itu menunjujan wajah melasnya. Dan mengundang tawa mereka.
"Cepetan.. atuh ji"
"Iya" jawab Aji dengan Malasnya, Bocah laki laki itu menutup matanya di sisi pohon buah mangga.
"Satu........dua........tiga-" bocah itu mulai menghitung membuat Mereka riuh mencari tempat sembunyi. Tawa kecil meriah saat para rombongan kecil itu sibuk mencari tempat sembunyi. Hingga menyisakan satu bocah perempuan yang masih binggung. Dilihatnya semak dan pagar kayu reot . Sudahlah dia bersembunyi di situ.
"Sembilan.......se-pu-luh, hati hati ya.... nanti ketangkep aku lhoh.." dia beranjak mencari kediaman para teman temannya.
Si bocah perempuan itu, melihat kupu kupu hinggap di bunga bugenfil. Ya kau tau lah, pasti mencoba buat nangkap.
Satu persatu ia berhasil menemukan teman temannya. Mencari di atas pohonlah, di kandang ayamlah, di balik tebing tianglah, di tempat sampahlah. Dan tinggal bocah perempuan itu yang belum ditemukan. Karena hari itu seperti akan hujan maka udaranya kini mulai memanas, awan mulai mendung .
"Mana sih Rain?" Tanya Aji menggaruk garuk kepalanya yang tidak gatal.
"Iya nih, mendung lagi. Kayaknya aku harus pulang deh" salah satu dari mereka.
"Iya nih Ji, pulang dulu ya"
Dan satu persatu dari mereka pergi hingga menyisakan Aji dan Gritte. Raut wajah Gritte cemas tak karuan karna si Rain belum juga ketemu. Disisi lain, Rain yang asik mengejar banyak kupu kupu berhenti di tempat yang lumayan jauh dari tempatnya tadi. Ia melihat lihat disekelilingnya cuma ada pepohonan dan sungai. Dia begitu takut setelah menyadari keberadaannya kini. Ia tersimpuh tak tau harus bagaimana, mau cari jalan pulang tak tau arah. Hingga rintikan hujan turun dengan derasnya . Ia takut.
"Aji....... Itte!!!" Ia berteriak sekeras yang ia bisa, memanggil manggil kedua sahabatnya itu. Tak lama kemudian ia mendengar langkah kaki mendekatinya. Dan tubuhnya kini gemetar, wajahnya memucat . Sungguh , bila kau berada di situasinya sekarang kau bisa bayangkan itu sungguh mengerikan. Ditambah lagi hari semakin sore + mendung pula. Sudah, gelaplah sudah.
"Hei"
Rain berteriak sekeras mungkin. Sungguh gila, siapa kira ada orang di tempat macam rawa sore hari pula?haa?
"Hei, kamu kenapa?" Itu suara anak kecil. "Ya Allah... Rain takut Ya Allah" batinnya berkali kali terucap.
"Pergiiii, jangan bunuh aku" rancaunya sambil menutup mata.
"Siapa juga yang mau bunuh kamu? " suara itu kini terdengar jelas di depan Rain. Rain semakin gemetar dan akhirnya memberanikan diri membuka matanya. Ia terkejut melihat sosok anak laki laki di depannya membawa payung.
"Heii... sini , diamlah tadi ada suara orang" Rain menarik sambil membungkam mulut bocah itu.
"Hhhmmnvmnbbnnbv" suara tak jelas keluar dari mulutnya.
"Ngomong apa sih?" Rain tetap membungkam mulutnya.
"Bcbnbnjmmnnnbbgh"
"Ih.. ngomong apaan sih? "Rain yang kesal itu membuka bungkamannya dan melirik bocah itu sinis.
"Ya nggak bisa ngomong dong, kan kamu tutupi" bocah itu mendengus ikut kesal.
"Diem!!!"
"Tadi tu suara aku"
Rain melongo , ia merasa takut sekali sekarang. Ia sadar mengapa ada bocah sore sore di tempat yang .. ahhh.. .
"Ka- kamu... ha-n. Hantu" tanya polos Rain sambil menutup wajahnya. Dan menyuruh bocah itu membuang payungnya.
"Udah aku buang, ngapain sih dibuang?"
"Buat mastiin kamu bukan hantu" dan Rain masih mengomel ngomel pada hantu itu (?)
"Hhh.. hantu dari hongkong?, " dan lagi lagi bocah itu mendengus.
"Ka-kalo, buk-an hantu. Ng- ngap- ngapain disini?"
"Ohh.. , tadi aku sama bunda mau cari daun buat obat, nggak tau bundaku sakit apa. Trus aku denger kamu teriak. Kata bunda suruh ke kamu bantuin. Eh malah gini" jawab bocah itu dengan lugunya.
"Kenapa nyarinya sore?"
"Bundaku pulang kerja pasti sore"
"Oh.. ,maaf ya"
"Iya, ayo keluar"
Rain hanya mengangguk , mengiyakan ajakannya dan berharap ceritanya tadi benar bukan cuma sekedar cerita buatan yang dibuat penyihir jahat untuk menangkap gadis kecil yang tersesat. Ah.. sungguh ngayal si Rain itu. Hah sudahlah dia masih kecil .
.
.
"Nih susu coklat, rumahnya dimana?" Bunda Bocah itu datang memberi susu coklat dan memberi baju yang cantik sekali . Entah itu baju siapa?. Yang jelas bagus banget.
"Makasih bun, rumahnya cuma deket kok. Komplek Harum itu lho bun" jawab Rain. Seketika Rain ingat pada orang rumah , bagaimana dengan permainannya tadi (?), oke itu nggak penting. Bagaimana dengan Orang tua Rain yang cemas mencarinya.
"Ohh, mau bunda anter pulang?"
Rain mengangguk dengan cepat. Dan bunda tersenyum dan segera ke garasi sambil menunggu Rain menghabiskan susu coklatnya.
"Hei" bocah itu lagi.
"Apa?" Jawabnya singkat dan kembali sibuk menghabiskan susunya.
"Aku punya ini, buat kamu" bocah itu memberi cincin bunga dari akar akar kering yang, cantik.
"Wahhh... bagus banget" Rain langsung bergegas menghabiskannya. Dan memandangi cincin itu dengan mulutnya masih bercemot coklat.
"Oh..iya, besok 16 Juni dateng ya kerumah aku"
"Kenapa?"
"Aku ulang tahun, aku tunggu lho"
Bocah itu tersenyum mengangguk tanpa menampakkan giginya. Dibalasnya senyuman lucu Rain.
"Udah ?" Tanya bunda tiba tiba.
"Iya bun. Udah.. makasih ya" menerima cincin itu dan memakainya.
Dan pulang.
Btw, siapa nama bocah tadi?
.
Sudah banyak introgasi dari papa,mama,Aji dan Gritte tentang menghilangnya Rain kemarin. Rain bercerita semua.
.
16 Juni.
Rain mengambek karena Aji selalu mengejeknya. Hingga akhirnya saat berlari ia bertubrukan dengan seorang bocah laki laki. Lupa atau nggak? Itu bocah yang menolong Rain waktu itu. Ah... Rain kau pelupa sekali. Dan bocah itu ompong. Sudah tau? Ohhh... dia Ferry. Saat bertubrukan bocah laki laki itu melihat cincin pemberiannya terjatuh; ingin dia mengembalikan . Tapi tak sempat. Ia cuma sempat memberi tau namanya.
"Aku Ferry Ramadhan" teriaknya.
.
.
Flashback off.
Rain mengingat semua itu jelas, bahkan seperti terulang kembali semua kejadian itu. Dan saat itu Rain baru ingat bahwa bocah ompong yang manis itu adalah Ferry, ternyata Ferrylah bocah yang menolongnya waktu itu. Dan ia baru mengerti tulisan pertama Ferry saat masih kecil di buku tebalnya itu. (Mau tau liat aja lagi di part sebelum-sebelumnya).
Tapi semakin tau ia tentang masa lalunya semakin sakit kepalanya . Ia menjambaki rambutnya berteriak sepuasnya .
"Aaaaa.... mama....papa...Ferry... Aji..Itteee.....Etaaaa, Herdin....." sampai benar benar ia tak mampu bersuara lagi, tangisnya tak terbendung merasa sakit yang luar biasa ini.
"Ya tuhan..... sakit apa ini" dan hidungnya mengeluarkan cairan merah segar . Rain tersungkur dengan memakai cincin itu dan memejamkan matanya.
Beberapa saat kemudian.
"Sayang, kamu kenapa?"
Herdin membuang bubur yang baru saja dibelinya dan membopong segera Rain ke mobil dan melaju ke RS.
.
.
"Istri saya kenapa lagi dok?" Tanya Herdin terlihat frustasi.
"Istri anda hamil".
.
.
==END==
Part 17 Next Post