Aurel Amalia
Aurel Amalia › Cerpen

on Friday 18 September 2015

Rain Part 17

Part 17 [ Normal ]
FansPage : Khayalan

"Ya tuhan..... sakit apa ini" dan hidungnya mengeluarkan cairan merah segar . Rain tersungkur dengan memakai cincin itu dan memejamkan matanya.
Beberapa saat kemudian.
"Sayang, kamu kenapa?"
Herdin membuang bubur yang baru saja dibelinya dan membopong segera Rain ke mobil dan melaju ke RS.
.
.
"Istri saya kenapa lagi dok?" Tanya Herdin terlihat frustasi.
"Istri anda hamil".
.
.
"Rain sayang, kamu hamil" Herdin menggenggam tangan Rain yang tertancap selang infus. Sudah 2 hari Rain masih koma, dan kamu itu sakit apalagi sih Rain?
.
.
Rain terbangun , dia sudah berada di suasana kamarnya dulu. Ya kamar rumahnya. Ia tersigap melihat jam dinding yang menunjukan pukul 07.00 , ia bangun dan tiba tiba Muncul sosok Randy dengan ala bangun tidurnya menatap Rain melas sambil terteriak.
"Woiii bangun" dia membuka gagang pintu.
"Udah Ren.."
"Kakkk... bangun oii" Rendy mulai menghampirinya . Tapi bentar deh.
Rendy tidak menghampiri Rain sedang duduk. Dia menghampiri sosok wanita yang tertidur di kamar Rain. "Heii.. apa aku tidur dengan seseorang? Ah tidak mungkin. Aku yakin " Guman Rain. Rendy mengguncangkan tubuh wanita itu. Hingga Rain mampu melihat wajahnya. Oh... tidak mungkin.
"Apa....aku?" Rain sontak kaget dengan siapa yang dilihatnya kini. Ia melihat sosok dirinya sendiri.
"Ren... siapa itu?" Rain mencoba berteriak tapi seolah tak didengar oleh Rendy.
"Kak.. mas Herdin tadi bilang dia duluan ke kantor, bangun kak..ih. kebo."
"Iya... Ren, aku bangun" Jawab wanita yang dipanggil "kak" oleh Randy yang tak lain adalah Rain.
Lalu siapa yang bangun tadi?. Rain sontak kaget melihat adiknya berbicara dengan wanita itu seolah berbicara dengannya. "Rendy.. aku disini. Siapa dia?" Teriak Rain yang menurutnya bisa terdengar oleh adiknya itu. Rain kini mulai mendekati Rendy menggoyangkan tubuh adiknya itu. Dan hasilnya nihil. Kau tau? Rain bahkan tak bisa menyentuh adiknya. Oh tidak. Ada apa ini?
"Tidak mungkin . kenapa ini?" Rancau Rain yang panik tak karuan. Ia berteriak sekeras yang ia bisa. Menangis dengan kerasnya dan selalu berkata. "Nggak mungkin aku mati......, aku masih hidup... aaaa tidak"
Rain masih mencoba berusaha berteriak agar Rendy mampu mendengar teriaknya. Dan semua itu sia sia. Bahkan saat Rendy mulai berjalan menuju arah Rain yang menangis itu ia malah menembusnya. "Kak . Jendelanya aku buka ya" Dan Rain yang duduk diranjang hanya tersenyum. "Tidakkkk"
.
.
Semua sedang sarapan dibawah. Tak terkecuali Rain2. (Author mulis Rain yg tidak bisa dilihat Rain1, dan Rain yg bisa dilihat Rain2).
"Aku mau ke butik dulu ya?" Rain2 mulain beranjak . Ia diantar pak Udin sopir papanya Rain. Ia terlihat sangat sehat tak ada tanda tanda ia sakit. Mobil hitam metalik itu melaju.
Rain1 mulai menghentikan tangisnya. Ini mungkin hanya mimpi *pikirnya. Ia berusaha mungkin pergi ke tubuh aslinya, bukan cuma bayang bayang. Ia sedari tadi membuntuti kemanapun Rain2 pergi. Rain1 merasa ada yang janggal dengan apa yang dialaminya ini. Ia mampu mendengar apa yang sedang difikirkan oleh tubuhnya itu.
Decitan pintu ruangan pribadinya , Rain2 duduk menghempaskan tubuhnya di kursi kerjanya yang empuk, mulai mengotak atik buku catatan desain dan pesanan clien. Jemarinya yang lentik menggoreskan ujung pensilnya di lembar buku yang lain. Rain1 mengamati tiap ekspresi Rain2. Ia malah takut sendiri dengan wajahnya. Yang padahal cantik. Ia berfikir bahwa dia ini sedang melihat dirinya sendiri dihadapannya. Heii..ini tidak lucu! Coba bayangkan.
Dan tiba tiba ponsel Rain2 berdering.
"Hallo?"
"Sayang, kamu dimana?"
"Aku dibutik"
"Mau ke choc?"
"Iya mau."
"Aku tunggu di depan toko bunga"
"Ok sayang"
Klik.
Rain2 berfikir pasti itu Herdin. Ke Choc? Ngapain?.
Rain2 segera membereskan semua peralatannya. Dan beranjak keluar menemui suaminya. Rain1 mengikutinya dengan cemas, entah mengapa perasaannya kini mulai tak enak. Sampai juga di depan flo. Toko bunga. Herdin melambai lambaikan tangan di seberang jalan dengan setelan kerjanya. Rain2 tersenyum dan segera bergegas untuk menyeberang.
"Kau jangan kesini!, aku akan kesitu" teriak Herdin .
"Tidak papa. Aku akan kesitu"
Dan perasaan Rain1 kini mulai menjadi jadi. Ia ingin sekali melindungi tubuhnya , tapi apa daya dia hanya bisa memandang. Berbisik pun tak bisa.
Dan saat Rain2 tepat berada di tengah , ada truk yang melaju dengan cepat dan ugal ugalan. Rain2 mulai panik dan berusaha untuk berlari tapi apa boleh buat jika ia berlari mungkin akan sama saja karna sangat ramai.
"Sayang cepat" Herdin berteriak dan berlari untuk menarik tangan istrinya itu.
Dan dyar....
.
.
Truk itu menabrak tiang listrik. Dan badan bus oleng. Rain2? Ia tak tersenggol satu milipun. Rain2 jatuh diatas Herdin saat tangannya ditarik. Mereka berdua mengembuskan nafas cepat. Sungguh nafas yang sangat tidak beraturan . Lolos dari maut, mungkin itu yang difikirkan orang orang saat itu.
Rain mulain mengankat tubuhnya bertumpu pada tangannya. Membiarkan tubuh lemasnya berdiri sejenak, Herdin juga mulai beranjak berdiri . Menatap wajah pucat istrinya kini dan menuntunnya ke kanopi toko bunga Flo. Semua orang berdoyong doyong mengerumuni truk. Dan tak sedikit pula orang hanya melihat. Sang pemilik toko Bu Emi membawakan 2 gelas teh hangat untuk sepasang suami istri itu.
"Kalian beruntung"
Rain2 hanya tersenyum masih belum bisa mengatur nafasnya. Ia mendongak dan kini perlahan lahan matanya menangkap benda tajam terjun dari rusun atas tepat diatas Herdin.
"Awas yang dibawah" teriakkan itu seiringan dengan teriakan Rain , Herdin didorongnya sampai terjungkal dan.
Jleepp..
"Herdinnnnnn......" teriak histeris bersamaan Rain1 dan Rain2.
.
.
.
Aaaaaaaaaaaaa.. seketika Rain terbangun dari koma. Nafasnya tersenggal senggal. Herdin yang tertidur di samping ranjang RS sontak terbangun ketika mendengar teriakan histeris Rain. Keringat keluar dari segala penjuru, sungguh ia sangat histeris.
"Sudah siuman sayang, kamu kenapa?" Herdin terlihat panik.
Dijawab tangisan oleh Rain.
"Nightmare?" Tanya Herdin pelang sambil memeluk Rain. Dan hanya anggukan.
"Udah, nggak papa itu cuma mimpi. Udah sayang" ia mengelus elus rambut Rain dengan lembutnya. Rain mengangguk dan mencoba mengentikan tangisnya.
"Ada berita baik sayang, kamu mau tahu?" Tanya Herdin mencoba menghibur Rain.
"Apa?" Jawab Rain dengan suara seraknya.
"Kamu hamil" bisik Herdin ditelinga Rain sambil tersenyum.
"Hah..?" Rain tersenyum dan terlihat antusias.
"Iya sayang, kamu hamil" seketika mimpi buruk itu berganti dengan kebahagiaan yang dinantikannya.
.
.
8 bulan kemudian.
Herdin Pov
Sekarang istri tercintaku sudah hamil 8 bulan, dia sangat bahagia apalagi aku. Dia cantik, rambutnya panjang, gigi kelinci yang lucu dan yang membuatku lebih gemas adalah lesing pipit di pipi bulatnya . Dulu aku tak pernah menyangka akan menikah dengan seorang Rain. Aku dulu hanya seorang pengangum, hingga aku tau Rain menjadi kekasih Sahabatku. FERRY. Dan hanya akulah dulu yang mengetahui penyakit kanker di otaknya. Dia menyuruhku diam, dan hingga sebelum menghembuskan dia menitipkan seorang yang amat dicintainya. Ya Dia Rain. Sakit memang dicintai seseorang yang masih mencintai orang lain. Tapi memang harus begitu untuk memulai cerita ini.
Rain sungguh istri yang sangat sangat baik. Hingga aku tak sanggup menyebutkannya. Dia terlihat sangat senang hingga kadang ia kurang memperhatikan kondisi tubuhnya untuk tidak terlalu lelah. Setelah mbok miem , Rain tidak ingin mempunyai asisten rumah tangga lagi. Entah apa, yang jelas ku mau dia tidak lelah.
.
.
Rain Pov
Hari ini butikku kedatangan tamu dari paris, Mr.Frans. Dia adalah desainer yang sangat aku kagumi dari kuliah . Aku dan Mr.Frans hanya beda 1 tahun. Suamiku hari ini bilang ada pe-launcing-an buku terbarunya ke luar kota yang membuatku harus sendiri untuk beberapa hari ini. Mungkin 3 hari. Dan pagi ini kuawali hariku dengan sarapan. Ya aku tak ingin pingsan ketika kenemui tamu terpentingku ini. Dan taksi langgananku sudah siap sedia mengantarku kemanapun. Andai kalian tahu, jika aku bisa naik mobil sendiri aku akan mengendarainnya, sayangnya aku tidak bisa. Dan taksi pak Heri sudah melaju. Bismillah.
.
.
"Hello Mrs.Audrey" sapa Frans yang ternyata sudah datang terlebih dahulu.
"I'm sorry , i'm late Mr.Frans" kujabat tangannya, aku sengaja menolak berpelukan dengannya bukan karna aku tak sopan, kau tau kan besarnya perut hamil 8 bulan?.
Kami mengobrol tentang trend yang sedang laris di Amerika, Paris , dan Inggris. Dan aku sungguh senang.
"You so beautiful Mrs.Audrey with your stomach," dia terkekeh melihat perutku yang besar. Aku malu? Tidak. Aku sama sekali tidak malu. Ya seharusnya wajar bukan .
"Thank you Mr.Frans, how..... (bla bla bla)..
.
.
Setelah ba bi bu-nya selesai. Aku dan Mr.Frans makan siang bersama di Caffè langgananku. Disana ada menu baru, aku ingin mencobanya (apabila memang boleh bagi ibu hamil).
Dia menawariku berbagai makanan, dan diantara semua itu aku memilih cara aman. Puding Delima, sirloin steak, and hot tea. Ya menu aman, tanpa ancaman. Hehe
Kami ngobrol banyak, tapi kali ini aku kurang nyaman dengan pandangan Frans, dia selalu menatap mataku. Ya coba saja (paling lawan bicaramu juga tidak akan nyaman).
Setiap perkataannya selalu mengarah pada mataku, kenapa sih dengan mataku? Ada emasnya?.
Kami kembali ke butik , kali ini dia menggambar skets model. Dan gambarnya beuuhh... cakep.
Aku hanya melongo melihat GAMBARNYA. Inget!! Gambarnya.
Dia sangat mahir jauh beda dengan aku.
.
Sore ini dia bilang ingin mengantarku pulang. Dan Alhamdulillah, ya gapapa lah.
"Mrs.Audrey.."
"Oh.. aa??" Jawabku gelagap karna aku sibuk mencari nama "MyLovHerdin" di kontak.
"Where your husband?"
"In Bali, lounching his new book. Why?"
"Ohh.. nothing, how he can leave you when you pregnant?"
"Aa.. i know, but he go work for me and his recruit baby"
"Hmm..are you sure, he go to work? Nothing else?"
"What do you mean?" Sungguh , apa maksudnya dia bicara begitu?
"Go with other woman" suaranya kini lebih pelan. Tapi aku bisa mendengarnya.
"Stop Mr.Frans!,"bentakku. "I believe he, so believe he. Please you can value my private thing" kini aku benar benar marah. Dan dia tau itu. Dan untung saja sekarang sudah sampai rumah dan aku bisa segera pergi dari mobilnya.
"Thanks Mr.Frans" ucapku datar.
"Ok,ehhmm... i'm sorry Mrs.Audrey"
Aku hanya mengangguk dan berharap dia tau anggukanku ini masih 50%. Segera ku masuk. Ohh.. ada 7 misscall. Dari Herdin.
"Hallo?"
"Kamu dari mana?" Ku tau ini persis ini nada suara khawatirnya.
"Baru pulang dari butik"
"Kamu tuh ya......jangan capek capek,"
"Iya iya cuyungku"
"Udah makan?"
"Udah, kamu?"
"Ini baru mau"
"Ys udah gih makan dulu, aku mau bobo dulu"
"Berani bobo sendiri?"
"Berani lah"
"Yaudah, night ya cuyungku"
"Iya cuyungku"
Tit......
.
.
Ini pagi kedua, dan kau tau? Sekarang tanggal 16 Juni. Hari apa coba?. Yapss.. hari ultah aku. Yahhhh... suami tercintah nggak ada di rumah, tapi nggak papa deh. Semangat.
Saat di butik banyak karyawanku yang mengucakan "happy
birthday" buat aku, seneng loh. Tapi ya itu nggak ada Herdin. Kutemui Frans sedang duduk dengan santai di ruang kerjaku. Dia menyalamiku
"Happy birthday Mrs.Audrey"
"Ohh.. thanks Mr.Frans"
Dan dia tiba tiba memelukku . Aku hanya kaget. Da. Kucoba merenggangkan pelukannya.
"I'm sorry Mr.Frans, i have a big stomach, you make it so hurt"
"Oh... okay, i'm sorry. I forgot"
Dia melepaskan pelukannya, dan menujukkan kotak padaku. Ya mungkin hadiah pikirku.
"Opened "
"Oh... thanks Mr.Frans"
Kubuka kotak itu pelan, dan ada lipatan kain. Oh ... itu baju. Aku terpesona oleh baju itu. Itu baju yang aku bahas kemarin dengannya. Dan sekarang ia menghadiahkannya padaku. Trend mode Eropa.
Kupasangkan baju itu pada patung. Dan sungguh itu cantik. Dan warnanya perpaduan antara Violet dan biru laut. Ada 2 pita kecil di belakang punggung. Ahh... pokoknya keren.
"Would you like it?"
"Sure Mr. I very like it. Thank you very much Mr"
Disaat aku akan berbalik dari arahnya, kakiku tergelincir, oahh.. dan aku hampir saja aku terjerembab ke belakang. Dan Mr.Frans dengan sekuat tenaga menangkap wanita hamil ini. Maaf Mr. Bila berat. Aku masih dalam posisi itu, tanganku memegang kedua leher Frans. Dan dia menyangga Punggungku, ah.. kau jangan pernah bilang ini seperti FTV!.
Dengan sekuat tenaga ku coba tegakkan tubuhku dan dibantu Frans tentunya. Dan saat bersamaan ku dengar suara jatuhan buku.
Bruukk..
Saat aku sudah benar benar berdiri kudapati sosok Herdin diam diambang pintu melihatku aneh.
"Kapan kau pulang? Bukannya 3 hari?" Ku coba mendekatinya. Tapi ia semakin mundur.
"Mr.Herdin how are you"
"I fine. Very fine"
Ku dengar itu bukan nada bicara yang sering aku dengar. Dia kembali menatapku. Dan aku tak sanggup melihatnya.
"Tadi aku hampir jatuh, jika tidak ditolongnya mungkin aku sudah benar benar jatuh" jelasku dengan tegas, menunjukkan bahwa memang begitu kenyataannya.
Kemudian dia melihat baju pemberian Frans, dia tersenyum.
"Great dress" dia kemudian langsung pergi.
"Sayang..... dengarkan aku" aku menginjak sebuah buku yang terjatuh tadi, ku lihat judulnya.
"Design Of Mode" teriakku sambil SEDIKIT berlari, kuturuni tangga dan menyusulnya ke depan. Ku teriakkan lagi namanya, dan itu berhasil. Dia menoleh padaku yang sungguh tak kuat lagi untuk berjalan.
"Kenapa mengikutiku?" Katanya santai.
"Kau marah?"
Dia terkekeh dan tersenyum. "Untuk apa aku marah?"
Aku hanya membelokkan mataku ke atas, ya maksudku kejadian tadi.
"Ahh.. tidak, aku tadi hanya kaget, dan aku mengerti saat kau menjelaskannya tadi"
"Untuk apa kau pergi?" Kutanya dengan sisa nafas tersenggalku.
"Ohh.. iya" kembali lagi dia menuju parkiran, dia membuka garasi dan mengambil kotak yang amat besar berwarna hijau. Dia kemudian menghampiriku sambil meletakkan kotak itu di depanku (tinggi kotak itu sampai seleherku)
"Kau belum menjawab" ya kutanyakan itu, walau aslinya yang ingin kutanyakan adalah "wahhh... kado apa ini?" Ya tapi nggak jadi.
"Ohhh.. tadi,sebenarnya aku ingin berterima kasih pada rekanmu itu tapi aku ingat bahwa aku lupa kalau aku belum menutup pintu mobil, dan bersamaan melihat dress dari rekanmu tadi aku ingat ini" sambil menunjuk kotak itu.
"Buku ini?"
"Itu juga untukmu, aku hanya sempat membelikan itu waktu di Bali" san tertawa kecil sambil menggaruk rambutnya.
Ingin sekali aku memeluknya, tapi aku bisa apa? Perutku., Ya Tuhan.... dia tidak lupa. And then...
Kami berdua langsung pergi ke rumah, ya tentunya aku memberitahu Frans dulu. Dan dia tidak keberatan.
.
.
"Kamu kok cuma 2 hari?"
"Orang habisnya cepet"
"Wahh.. tapi buku apa sih? Kok cepet banget. Judulnya apa?"
"Iya dong , the tittle is..... Rain"
"Aaa... yang bener??"
"Iya sayang..." Herdin mencubit kedua pipiku dan segera mengambil buku yang dimaksud.
Tak lama kemudian dia menyodorkan sebuah buku berwarna apa ya? Entahlah.. ini hijau atau biru. Toska kali ya?
Tittle-nya RAIN. Aauuu.... terpesona aku.
Note-nya, gini
".. kau damaiku, kau nyamanku, kau indahku, kau sejukku.Rain..."
Ya Tuhan... manis sekali, makasih ya suami tercintah...
.
.
Btw, kau ingin tau apa isi kotak besar itu? Sama aku juga. Ku buka kertas hijau yang melilitnya. Dan mataku terbelalak melihatnya. Isinya..
Cat, wall stiker, tirai garis biru, dan spray hijau muda.
"Aku sengaja beli ini buat si kecil," Herdin kemudian mencium perutku. Aku hanya diam sambil tersenyum. Aku senang.. bahagia..
.
.
Authour pov
Pagi yang cerah ini, Rain dan Herdin sudah siap .
Mereka sudah menyiapkan satu kamar di bagian tengah. Mereka bantu (melihat) Herdin yang sedang mengecat , warnanya ada 3. Untuk dinding pokok warnanya hijau muda. Untuk atasnya biru dan di setiap sisi dinding pokok diberi garis violet. Pokonya keren..
Rain sibuk membuat origami , setelah itu. Mereka berdua menata ruangan sedemikian rupa . Cantik banget deh, tirai garis berwarna biru membuat suasana terlihat sejuk. And the last..
Setelah dindingnya kering, ditempel wall stiker pohon sakura di bagian kanan pintu masuk , bulan dan bintang di atasnya serta awan di tembok yang berhadapan dengan arah tempat tidur. Pokoknya emejing deh...
.
.
26 hari kemudian..
Siang ini Herdin memang sengaja tidak kemana mana, karena kata dokter Perkiraan kelahiran bayi Mereka akan jatuh pada hari ini. Herdin sedang duduk di teras rumah. Dilihatnya cara perawatan bayi yang baru lahir, ya ampyun...
Tapi tak lama kemudian, dia mendengar suara gelas jatuh dari arah Dapur.
"Sayang... " panggilnya.
Dan setelah 5 detik panggilannya tidak terjawab, Herdin segera berlari menuju dapur, dia mendengar teriakan Rain..
Herdin sampai di dapur dan mendapati istrinya terduduk dengan kepala menyandar dinding. Dan keluar cairan merah yang sangat banyak. Herdin yang tak tau apa pun tentang hal medis itu tanpa ba bi bu langsung membopong Rain menuju mobil dan bergegas melajukannya.
.
.
Rain sekuat tenaga mengeluarkan bayinya itu, karna pendarahan yang sangat hebat membuat bayinya harus segera di keluarkan. Bukan cuma Herdin, papa dan mama Rain, Aji, Gritte, Eta dan Hamid menunggu di luar ruang persalinan. Hingga akhirnya terdengar suara tangisan seorang bayi yang memecah keheningan diantara mereka. Herdin langsung membuka pintu, dan.
"Sayang......" Herdin berlari dengan air mata yang sudah berlinang dari tadi.
"Bangunn....." teriak Herdin semakin kencang, sambil menggoyang goyangkan tubuh Rain.
.
.
.
==END==
Part 18 Next Post