Aurel Amalia
Aurel Amalia › Cerpen

on Friday 18 September 2015

Rain Part 4

Part 4 [ Yes I Will ]
Fanspage : Khayalan



"Hei Ji" sapa Eta.
"Hei.. habis dari mana? Aku nunggu kamu disini dari tadi" memperlihatkan jamnya.
"Eummm, dari toilet"jawab Eta gagap.
"Kok kita nggak ketemu sih di toilet?"tiba tiba Rain datang.
"Hmm, lo udah makan Ji? Ke kantin yuk!" Jawab Eta mengalihkan pembicaraan. Dan pergi begitu saja.
'Kasian Aji, dapet cewe kaya gitu' batin Rain .
.
.
.
.
Rain POV
Kurang lebih 1 bulan sudah Ferry jadi sopir sepeda pribadi gue. Ya, gue nyaman sama dia. Ferry cowo yang sabar. Dia tetep baik sama gue walaupun setatusnya masih gue gantung. Dan saat ini bakal gue jawab .
.
.
.
.
.
"Itte.. kok Ferry belom dateng sih?" Hari ini Ferry nggak jemput gue. Dan sekarang hampir masuk dia belom berangkat juga. Jangan buat gue khawatir dong Fer.
"Paling bentar lagi" jawaban itte yang enteng.
Teett..teettt..
Bel tanda masuk sudah di kumandangkan dan Ferry belum juga datang.
"Harusnya kalo dia nggak berangkat ato sakit dia kabarin gue dong Te" Aku tak habis pikir kenapa Ferry nggak berangkat . Bukankah baru kemarin aku jalan jalan dengannya ditaman.
"Ya emang lo siapanya dia, dia harus ngabarin lo . Sodara bukan , cewe nya juga bukan." Jleb. Iya.
Gue sadar gue bukan siapa siapanya Ferry. Dan sekarang gue nggak peduli itu ,gue takut Fer.
.
.
.
Udah 5 hari ini Ferry nggak masuk sekolah. Apa Ferry sakit? Lo kenapa sih Fer?.
Gue telfon ribuan kali dan nggak diangkat. Ferry lo dimana sih.
Gue nggak tau rumahnya lagi. Gue harus kemana buat nyari lo Fer.
Kali ini gue telfon lagi. Dan ya tersambung.. semoga aja diangkat.
"Hallo" suaranya berat. Itu bukan suara Ferry. Gue kenal banget sama suara Ferry.
"Hallo, Ferry?" Tanyaku dan gue berharap lo baik baik aja.
"Bukan, maaf saya dokter pribadi Ferry. Maaf apa anda kekasi Ferry?" Dokter? Kenapa sama Ferry.
"Iya" jawabku reflek.
"Bisa ketemu sekarang di rumah Ferry?" Ada apa ini? .
"Maaf saya lupa rumahnya, lama nggak kesana dok. Boleh minta alamatnya?" Nah. Akhirnya gue bakal tau rumah Ferry. Fer tunggu gue. Dan sekejap ada sms alamat Ferry.
.
.
"Te, tolong ijinin gue sama Pak Tanto. Bilang aja gue lagi nggak enak badan"segera kukemasi barang barangku dan memasukkannya ke tas.
"Ra. Lo mau kemana sih? Nanti ada ulangan."cegah Itte.
"Penting. Bilang aja gue ikut ulangan susulan, udah dulu ya Te" langsung ku tinggalka Itte dengan ekspresi herannya.
Gue cari angkot menuju alamat rumah Ferry. 'Mana sih angkotnya'
Dan akhirnya gue nemuin angkot itu, dan masuk. Di dalam angkot gue ketemu Aji. Aji?
"Aji? Lo ngapain disini? Lo bolos?" Perkataanku yang sedikit keras membuat semua penumpang angkot liatin gue sama Aji. Jelas aja , gue sama Aji-kan masih pakek seragam .
"Ssttt..., lo sendiri kemana? Nggak tau nih gue lagi nggak bisa mikir, di kelas pusing" jawab Aji pelan dan mengganti posisi duduknya di samping gue.
"Oh. Ada hal penting" jawab gue biar Aji nggak nanya nanya lagi.
"Gue ikut . Boleh?" Ya.. apa boleh buat. Gue jawab iya.
Dan gue liat gang alamat rumah Ferry.
"Kiri bang" gue sama Aji turun. "Ini bang , sekalian buat dia" kutunjuk Aji yang sedari tadi di belakang gue.
Gue liat no setiap rumah rumah yang gue lewati. Dan akhirnya gue nemuin rumah bergaya kuno , lebih banyak menggunakan kayu, dengan no A12. Ya itu rumah Ferry.
Gue pencet berkali bel di depan rumah .
"Ini rumah siapa sih Ra?" Aji memutar bola matanya melihat semua sisi bangunan itu.
"Ferry".
Dan pintu rumah Ferry dibuka oleh orang berpawakan tegap memakai kaca mata. Dan jas putih layaknya dokter.
"Ini dokter pribadi Ferry?" Ku tanya dokter itu, yang malah bingung melihat Aji. "Oh, ini dok. Teman saya sama Ferry" .
"Ohh, masuk" dokter itu mempersilahkan masuk dan nyuruh gue duduk di ruang tamu.
"Ini pacarnya Ferry kan?" Tanya dokter lagi.
"Iya, saya pacarnya" kujawab , walau pun bukan. Dan seketika Aji menatapku heran. Biarlah nanti akan kujelaskan.
"Gini, Ferry sekarang sedang koma. karena dia tidak mau menjalani kemo selama sebulan ini" jelas dokter yang gue nggak tau sama sekali maksudnya.
"Koma? kemo?" gue tanya dokter yang tampak mengerti.
"Apa anda belum di beri tau oleh Ferry ? Ferry mempunyai penyakit kanker otak. Dan sudah kurang lebih sebulan ini Ferry tidak menjalani kemo lagi"
Deg.
.
.
.
.
.
lo tau apa yang gue rasain saat ini?FERRY SAKIT KANKER OTAK. Ferry nggak pernah cerita sama gue . Sekarang Ferry koma. Ferry nggak pernah ikut kemo gara gara jalan sama gue. Sumpah ini lebih sesak dari pada melihat Aji berciuman dengan Eta. Lebih sesak dari pada mengetahui kenyataan Aji nggak cinta sama gue. Dan lebih sakit dari pada tertusuk belati.Sumpah ini sesak banget. Bulir bening sekarang sudah mengalir deras entah kapan sudah mulai turun. Gue tutup wajah gue nginget sebulan lalu. Gue tertawa sama Ferry. Ngambek sama Ferry. Curhat sama Ferry. Jalan jalan sama Ferry , dan dalam keadaan kaya gitu Ferry ternyata lagi sakit. Sakit Kanker. Kenapa sih Fer lo nggak cerita sama gue?.
"Udah. Ra, lebih baik sekarang kita liat keadaan Ferry" jawab Aji menepuk pundakku.
Gue sama Aji naik tangga ke kamar Ferry. pijakan kaki gue gemetar seperti tak mampu menopang tubuh gue. Pikiran gue kacau. Gue buka pelan knop pintu . Gue liat seorang laki laki terbaring di ranjangnya. Tangannya tertancap selang infus. Hidungnya terdapat selang oksigen. Dan alat medis lainya. Gue nggak kuat liat laki laki itu pucat sekali . Gue sentuh tangan dinginnya . Dingin sekali. Air mata gue nggak bisa turun lagi. Sudah habis. Tapi rasa sesak ini belum juga hilang. Dan saat gue pegang tangannya . Detak jantung gue lebih cepat. Cepat , secepat 3 tahun yang lalu saat gue dansa sama Aji di acara ulang tahun.
"Ferry ... gue sayang sama lo Fer, gue cinta sama lo. Tapi kenapa lo tidur Fer. Kenapa lo nggak cerita sama gue. Ferry..bangun Fer. Bangun" gue goyangkan pelan tubuh lemas itu. "Fer... i will Fer. I want to be your girlfriend. Ferry.." gue lepas tangannya . Gue tundukin kepala gue. tangangan hangat kurasa menyentuh tanganku. Di tariknya tangan gue , sekarang Aji meluk gue. Pelukkan yang sama. Tapi kali ini aku menangis karna Ferry. Ferry Ramadhan.
~O~
1minggu kemudian.
Setiap sore Rain datang ke rumah Ferry. Membawa setangkai bunga matahari yang indah dan di ganti 2 hari sekali . Membawa bubur ayam buatanya,walau sampai saat ini Ferry belum bangun. Dan Membawa Cinta yang belum sempat diutarakannya.
Ia memasuki kamar Ferry. Menunggu dengan sabar lekaki yang disayanginya itu. Saat ini hujan . Dingin sekali.
"Ferry. Lo inget nggak? 4 minggu yang lalu. Saat itu juga hujan seperti ini. Lo bilang ke gue bahwa lo suka hujan. Lo nyaman bersama hujan . Lo kangen masa kecil lo saat ujan ujanan sama temen temen lo. Dan paginya lo pilek. (tersenyum) terus lo bilang lo suka nama gue. " Rain mengajak berbicara Ferry yang masih menutup matanya itu. Di sandarkanya kepalanya di pinggir ranjng sambil tanganya memegang tangan Lelaki itu.
Di rasanya tangan Ferry mulai menghangat. Ia mendongak dan mendapati mata Ferry sudah sedikit demi sedikit terbuka. Ia segera menelfon dokter dan memberi tau bahwa Ferry mulai siuman.
"Ra. " ucap pelan Ferry yang serak.
"Iya Fer, gue disini . " sekarang air matanya meluncur lagi . Senang bahwa lelaki yang dicintainya sudah siuman ."Ra.. maafin gue. Gue nggak mau lo cinta sama gue Ra " Jlep.
.
.
.
Perkataan macan apa itu? . Tiba tiba Rain membulatkan matanya dengan alis mengerut.
"Apa sih maksud lo? " Rain melepas tangan Ferry dan berdiri menjauh dari Ferry.
"Gue nggak mau liat lo nangis terus. Gue mungkin nggak lama lagi. Dan kita akan terpisah. Selamanya Ra.. jika lo cinta sama gue. Itu sama aja lo nyakitin hati lo sendiri" jawab Ferry pelan .
"Ferry jangan ngomong gitu. Lo pasti sembuh. Gue yakin kita bakalan kaya kemaren lagi . Dan gue udah terlanjur cinta sama lo. I will. I'll to be your girlfriend Fer" mendekat dan memeluk lelaki yang masih terbaring itu.
"Thank's Ra.. I love you" jawab Ferry tepat di telinga Rain.
"I love you too " melepas peluknya . Dan segera mengeluarkan bubur ayam buatannya itu.
"Lo makan dulu Fer sambil nunggu dokter dateng, buatan gue lhoh" membuka tutupnya dan menyuapkan bubur itu.
Mereka pasangan yang saling mengerti, mempercayai , dan tulus. Dan tidak lama kemudian dokter datang. Dokter memeriksa Ferry, tapi raut wajahnya tidak menunjukkan bahwa Ferry tidak baik baik saja.
"keadaan Ferry semakin melemah walau kini dia sudah siuman. Kita tidak bisa terus begini. Ferry harus di tangani lebih lanjut" kata dokter . Itu berita buruk.
"Terus kita harus gimana dok" tanya Rain cemas.
"Kita harus mengirim Ferry ke Singapore . Di sana saya punya kenalan dokter terkenal yang berhasil mengoprasi kanker otak. Harus segera. Kalau tidak bisa bisa nyawa jadi taruhanya." Ya tuhan.
Ke Singapore.
"Lo harus kesana Fer" pinta Rain yang aslinya sama sekali belum rela Ferry pergi ke Singapore. Tapi kalau Ferry tidak kesana. Itu akan menjadi hal yang banyak mengadung resiko. Nyawa Ferry.
"Terus lo gimana?"tanya Ferry pelan.
"Gue tetep setia nunggu lo sampai sembuh. Gue akan tetep jadi berbi lo. Yang nunggu lo kapanpun lo pulang " senyuman yang tulus dari Rain cukup meyakinkan Ferry bahwa ia akan tenang meninggalkan berbinya itu.
.
.
.
.
Lusa . Semua sudah siap . Dokter da Ferry sudah berada di bandara. Pemberangkatan Ferry masih sepuluh menit lagi. Ferry yang tidur di ranjang dorong. Dia memanggil manggil Rain. Tapi Rain belum sampai.
Waktu tinggal 5 menit sebelum pemberangkatan dan seharusnya Ferry sudah harus masuk ke pesawat. Ranjangnya di didorong dokter untuk masuk pesawat. Ferry sangat gelisah karena ia belu bertemu dengan Rain sebelum keberangkatannya.
"Ferry tunggu.."teriak gadis remaja mengenakan seragam SMA . Rain.
Ia terengah engah menghampiri Ferry. Ferry tersenyum ,ia merogoh saku celananya dan mengeluarkan kunci. Kunci rumahnya.
"Buat kamu. Kamu bisa dateng ke runah kapan aja bila kangen aku" dan dokter memberi aba aba untuk menyudahi percakapan ini dan langsung membawa Ferry masuk ke pesawat.
"Ferry aku bakalan nunggu kamu sampai kapanpun itu"teriak Rain sambil tersenyum melihat pesawat Ferry yang sudah lepas landas. Untuk pertama kalinya mereka berbicara dengan kata Aku-kamu.
.
.
.
Rain keluar dari bandara, ia naik sepeda. Sebelum pulang ia mampir ke Supermarket terdekat untuk mencari makanan untuk sahur besok pagi. Ya besok hari pertama puasa.
Saat akan keluar ia melihat sosok yang tidak asing baginya. Eta. Dengan siapa ia sekarang? Itu bukan Aji, bukan juga Rio. Itu adalah Ilham. 'Ya tuhan. Eta..pacarlo berapa sih?' Batin Rain yang kesal. Eta sedang jalan berdampingan dengan Ilham dengan kepalanya bersandar di pundak Ilham. Rain segera mengeluarkan handphone nya dan memotret beberapa foto.
.
.
.
Rain sudah tiba di rumah. Ia masuk dan wahhh ada tamu. Tamunya cantik sekali berjilbab duduk di ruang tamu . "Pacarnya Rendy ya?" Tanya Rain yang tiba tiba dateng dan duduk di sebelah -pacarnya Rendy- .
"I-ya kak." Gadis SMP kelas 2 itu menjabat tangan Rain dan menciumnya.
"Udah lama?"
"Belum kok kak" jawab -pacarnya Rendy-
Tiba tiba Rendy datang membawa 2 gelas susu coklat dingin.
"Makasih ya Ren,ayo diminum. Besok udah nggak bisa minum siang lagi loh" Rain meminum salah satu gelas yang di bawa Rendy.
"Lahh kok di minum sih, itu kan punya Rendy" wajah Rendy cemberut. Dan mengendang tawa -pacarnya-
"Kamu bikin lagi aja. Gampang kan?" Jawab Rain tanpa rasa bersalah.
"Kamu namanya Re-re. Re.." Rain lupa nama -pacarnya Rendy-.
"Resti kak."jawab Resti lugu .
"Nah itu dia.. Resti" Rain yang baru ingat. Mereka bertiga ngombrol dengan asiknya . Rain bercerita semua tentang Rendy. Begitu sebaliknya .
.
.
Hingga akhirnya Resti pulang. Diantar Rendy. Bersamaan dengan itu, Aji datang ke rumah Rain mencari Eta. 'Ya ampun , aku cerita nggak ya sama Aji tentang Eta? Duh binggung nih' batin Rain
.
.
.
===END===
Part 5 Next Post